Obama boneka isreal

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 17.36 | 3 komentar »

Assalamu'alaykum..wr..wb

BAGI MEREKA PENGGEMAR OBAMA.....Silahkan disimak siapa dia sebenarnya....
Bismillah-ir Rahman-ir RahimDengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Hati-hati..Barrack Obama boneka Israel !
Barrack Obama membawa kalungan bunga dalam Hall of Remembrance, Yad Vashem Holocaust Memorial di Jerusalem, pada hari Rabu, 23 Juli 2008.
Obama dipengaruhi oleh Israel? Adakah Islam liberal yang cuma diajarkan kepada umat Islam?
Adakah Obama dipengaruhi oleh Israel?
Pertama, Obama memakai Yarmulke, peci orang Yahudi.
Yang kedua, hanya orang Yahudi sahaja dibenarkan mendampingi Master Jew.
Mengapa Obama mendapat tempat begitu istimewa?
Yang ketiga, Obama sedang melakukan ritual Yahudi pada dinding Monument Jew.
Perbuatan ini dilakukan oleh orang Yahudi untuk menyampaikan pesan rahsia sesama orang Yahudi saja.
Mengapa Obama melakukan tindakan yang dibuat oleh Yahudi ini?
Barrack nama pertama Obama adalah nama Yahudi yang berasal dari ayat "baruch". Kebanyakan ahli ibadah Yahudi menggunakan nama "baruch" sebagai nama pertama mereka. Bekas perdana menteri Israel yaitu Ehud Barak juga mengambil nama seperti nama "baruch". Nama kedua Obama juga hampir sama dengan "Ahabah".
Bent Ahabah adalah nama untuk synagogue (satu upacara multilation untuk bayi-bayi Yahudi).
Ketika berusia 10 tahun, Obama pernah ke sekolah sosialis Yahudi atau disebut "kibbutz". Obama menyatakan bahwa dia hanya menggunakan toilet sekolah itu saja pada waktu itu. Namun ada saksi lain menyatakan bahwa Obama telah menghadiri kelas selama tiga jam di sekolah tersebut.
Apakah Obama direncanakan dan dilatih untuk menjadi Presiden Amerika ketika berusia 10 tahun lagi?
Gambar: Obama sedang melakukan ritual YahudiTidak mengherankan setelah pemilihan umum, Obama mendapat sejumlah 77% suara dari pemilih Yahudi.

Berbanding John Kerry yang hanya mendapat 74% suara dari pemilih Yahudi pada 2004.
Pada tahun 2000, Al Gore paling banyak mendapat suara dari pemilih Yahudi sebanyak 79%. Obama mendapat banyak suara dari pemilih Yahudi di Connecticut dan Massachusetts Di Connecticut, 61% Yahudi mendukung Obama.
Yahudi mulai menyukai Obama karena banyak kenyataan Obama secara terbuka mendukung rezim Israel.
"My view is that the United States' special relationship with Israel obligates us to be helpful to them in the search for credible partners with whom they can make peace,
while also supporting Israel in defending it self against enemies sworn to its destruction" kata Obama dalam kenyataan medianya pada Haaretz pada 15 Februari 2007.
Kebanyakan orang gembira melihat Barrack Obama menang Presiden Amerika Serikat.
Seolah Barrack Obama adalah Presiden Dunia yang baru.

Banyak orang tidak menyadari bahwa catatan peperangan yang dibuat oleh Demokrat adalah lebih banyak dari Republik.
Namun ada juga yang menyebut bahwa tidak ada bedanya antara Bush dan Obama.
Cuma mungkin yang baru ini adalah "Bush Kulit Hitam".
Benarkah begitu?Gambar: Obama dinasihati oleh Rahm Emanuel, seorang Yahudi ketika kampanye Presiden.
Pada November 2008, Rahm Emanuel (seorang Yahudi, anak seorang Israel) baru saja ditawari jabatan oleh Obama untuk menjadi White House Chief Of Staff.
Dan lebih mengejutkan lagi bila mentor Obama sendiri yaitu Abner Mikva menyatakan "Obama will be the first Jewish President Of USA " dalam Jerusalem Post pada 5 November 2008."
Our job is to rebuild the road to real peace and lasting security throughout the region.
Our job is to do more than lay out another road map.That effort begins with a clear and strong commitment to the security of Israel : Our strongest ally in the region and its only established democracy.
That will always be my starting point." Ucapan Obama ketika berbincang dengan asosiasi American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) di Chicago pada 2 Mac 2007.
Nampaknya jika memang Bush dianggap sebagai manusia kejam dan keras terhadap dunia Islam, apa kurangnya dengan Obama?
Ternyata Obama mungkin halus dalam "menikam dari belakang". Bahwa "musuh dalam selimut" lebih bahaya daripada musuh yang tampak secara nyata. Presiden Amerika tetap Presiden Amerika, mereka datang dari pelobi yang sama.
Ingatlah...Yahudi tidak suka akan perdamaian dan selalu akan membuat kerusakan di dunia.
Berhati-hatilah kita...
Jagalah Indonesia sebagai negara kita sendiri dan berbanggalah dengannya dan dengan Jangan sampai kita terprovokasi oleh tipu muslihat orang2 yang ingin menghancurkan negara2 muslim seperti Indonesia.
Semoga bermafaat.....
Wassalamu'alaykum..wr..wb
From: endik@situsindonesia.net

Baca selengkapnya......

Bunda, Rindu Ini Melangit Lagi!

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 17.00 | 1 komentar »

Cintamu padaku, Berakar di sukma Rindangnya memenuhi jiwa Sepanjang masa
(sebuah sumber)

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, Ibunya telah mengandungnya Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, ...."
(QS Luqman : 14)

eramuslim - Bunda, malam ini tiba-tiba saja aku mengingatmu dengan utuh. Gurat syahdumu, tulus senyummu bahkan gaya berceritamu di masa kecil. Tiba-tiba saja bayangan sosok anggunmu dengan sorot mata penuh cinta hadir dalam jeda yang panjang kemudian menghilang. Sedang apakah saat ini bunda? Membaca buku? Tadarus Al-Qur'an? Menonton televisi atau ah entahlah, aku tidak yakin apa yang sedang bunda kerjakan saat ini. Mungkin juga bunda tengah bersiap di peraduan. Malam sudah akan beranjak. Tidur bunda selalu awal. Itu yang kutau. Ah, semoga bunda baik-baik saja.

Bunda, mata ini sudah dari tadi berkabut. Orang-orang yang lalu lalang tak lagi aku pedulikan. Pandangan ini bahkan telah samar. Bening air mata mungkin sebentar lagi luruh. Duh, mengapa lama sekali petugas itu memanggil dan menyerahkah obat yang akan aku tebus. Bunda, aku takut.

Bunda, betapa aku ingin menujumu detik ini juga. Merengkuh banyak kekuatan yang seringkali engkau persembahkan ketika masalah tengah menghadang. Memetik bulir-bulir kedamaian yang selalu kau hunjamkan teguh ke kedalaman jiwa. "Bunda yakin, Allah pasti memberikan jalan atas masalahmu. Allah tahu batas kemampuanmu. Ia sudah menakarnya. Kamu yang harus yakin."

Bunda, betapa bahagia jika saat ini engkau nyata di hadapanku, inginnya aku bersimpuh di pangkuan dan meneguk percik-percik pinta yang kau senandungkan sempurna kepada Allahu Rabbana. "Semoga anak bunda jadi anak yang shalihah, pintar dan mendapat pendamping hidup yang shalih", "Semoga kamu, nak, sehat dan diberikan rezeki yang berkah".

Bunda, sungguh gembira tak terkira bila kau ada di sini sekarang, hingga dengan bebas aku meminta kesediaanmu untuk membaluri jiwa dengan param hangat doa-doa ikhlasmu hingga ketenangan itu menjulang. Bunda betapa ingin ku raih itu semua sekarang juga. Dada ini bunda, seperti diterjang beribu gempa.

Tahukah bunda, dokter yang memeriksaku barusan memberitahu bahwa janin yang tengah ku kandung tidak bergerak. Aku melihatnya bunda. Gumpalan kecil itu terlihat di layar monitor jelas sekali. Aku melihatnya bunda. Si kecil yang Allah amanahkan di dalam rahim. Dokter mengguncang-guncang alat itu agar si kecil bergerak. Berkali-kali. Lagi dan lagi. Ia diam bunda. Senyap. "Allah, janin kecilku."

"Bu, saya masih belum yakin dengan keadaan janin ibu. Dua minggu yang akan datang, kontrol lagi yah, untuk kepastiannya," suara dokter sayup-sayup singgah di telinga. Ia menuliskan resep dan dengan senyuman tulus mengangsurkan kertas itu ke hadapan. "Sabar ya bu, banyak berdo'a," tambahnya menenangkan.

Bunda, kecemasan ini begitu kental. Aku merasakannya sekarang perkataan bunda di waktu lalu. "Nak, jangan buat bunda cemas, hati bunda seperti belah ketika kau belum datang juga, lain kali telpon jika akan menginap", "Nak, makanlah, agar sakitmu segera sembuh, bunda tak bisa tidur melihatmu berbaring lemah, bunda cemas nak, sungguh!". Duh bunda, aku tahu khawatir itu saat ini.

Dua bulan yang lalu dokter memberi tahu bahwa aku resmi menjadi seorang ibunda. Dan sejak saat itu, aku mulai merasakan perasaan yang tumbuh berganti-ganti. Kesayangan, kebahagiaan, kecemasan hingga perasaan tanpa nama. Bunda, betapa tidak mudah ternyata menyandang gelar itu. Lelah berhari-hari karena mual dan pusing. Menghindari banyak makanan dan menelan obat dan vitamin agar janin yang dikandung sehat. Aku juga harus berhati-hati dalam banyak hal. Dan semuanya, segalanya, demi sesosok cinta di dalam sana.

Bunda, seperti ucapanmu bahwa do'a seorang bunda seperti tuah, seperti bisa, selalu ampuh. Maka aku memohon kepadamu, do'akan agar amanah Allah yang tengah ku kandung baik-baik saja. Pintakan kepada Allah, agar si kecil tumbuh dengan sempurna. Aku juga selalu berdoa untuk amanah ini, do'a yang bunda sendiri ajarkan,

"Ya Allah, lindungilah ia yang berada di rahim hamba, jadikanlah ia dalam keadaan baik, bentuk yang sempurna, rupa yang elok, dan teguhkanlah kelak dan hatinya keimanan kepada Mu, mengikuti sunnah Rasul Muhammad, berikanlah kebaikan untuknya di dunia dan akhirat."

Aku sayang bunda. Sungguh. Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua. Surga.

Bunda, sudah berapa lama kita tidak bertemu. Rindu padamu bunda, membumbung tinggi. Bunda, perkenankan aku bersimpuh dari jauh. Dalam gundah. Dalam lelah. Di setiap detak tak tentu. Serta dalam degup yang menderu. Ingin kusampaikan untai kata ini di gendang telinga mu "Bunda, rindu ini melangit lagi!"

Cinta Ini Milikmu Mama

"Rosa, bangun.. Sarapanmu udah mama siapin di meja." Tradisi ini sudah berlangsung 26 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat tapi kebiasaan mama tak pernah berubah. "Mama sayang. ga usah repot-repot ma, aku sudah dewasa." pintaku pada mama pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah.

Pun ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mama selama ini dengan hasil keringatku.. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.

Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca.. orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak. tapi entahlah.. Niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa-apa.

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya "Ma, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan mama. Apa yang bikin mama sedih?" Kutatap sudut-sudut mata mama, ada genangan air mata di sana. Terbata-bata mama berkata, "Tiba-tiba mama merasa kalian tidak lagi membutuhkan mama. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri"

Ah, Ya Tuhan, ternyata buat seorang Ibu.. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya.. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.

Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putrinya?

Ketika itu kutanya pada mama. Mama menjawab "Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kamu berikan pada mama. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat mama. Setelah dewasa, kamu berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar mata kamu mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua."

Lagi-lagi aku hanya bisa berucap "Ampunkan aku ya Tuhan kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada mama. Masih banyak alasan ketika mama menginginkan sesuatu." Betapa sabarnya mamaku melalui liku-liku kehidupan.

Mamaku seorang yang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Ah, maafin kami mama..... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat mama lelah.. Sanggupkah aku ya Tuhan?

"Rosa, bangun nak.. sarapannya udah mama siapin di meja.. " Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan kurangkul mama sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan.. "Terimakasih mama, aku beruntung sekali memiliki mama yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan mama." Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan.

Cintaku ini milikmu, Mama. Aku masih sangat membutuhkanmu.. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu.

Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "Aku sayang padamu." Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai.

Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, Ibu..Walau mereka tak pernah meminta. Percayalah.. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.

"Ya Allah, cintailah mamaku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan mama. Dan jika saatnya nanti mama Kau panggil, terimalah dan jagalah ia disisiMu.. Titip mamaku ya Rabbi.."

Untuk dan oleh semua Ibu yang mencintai anak-anaknya dan semua anak yang mencintai Ibunya..
Bunga Untuk Ibu

Ibu pernah memintaku membersihkan lantai sesaat setelah aku menumpahkan bubur saat sarapan pagi. Tapi, bukan sapu atau kain lap pel yang kuambil ke belakang, karena aku malah berlari keluar melalaui pintu belakang untuk menyusul teman-teman bermain. Hal yang hampir sama juga kulakukan, saat ibu berharap aku menyapu halaman bekas aku dan teman-teman bermain dan mengotori halaman dengan sobekan kertas. Meski beberapa teman melirikkan matanya agar aku segera menuruti ibu, tapi yang kulakukan justru tak menggubris perintahnya dan selekas mungkin mengajak teman-teman bermain di tempat lain.

Pernah satu kali, ibu memanggilku saat aku belajar. Dengan alasan "sedang belajar" aku tak mengindahkan panggilannya, meski entah sudah hitungan keberapa namaku disebutnya. Dan jika, dalam kondisi tak sabar setelah berkali-kali aku tak juga menyahut, ibu menghampiri ke kamarku, segera aku berpura-pura tertidur dengan buku yang masih dalam dekapan. Itu kulakukan, karena aku malas keluar rumah untuk membelikan barang belanjaan ibu di warung depan gang yang hanya berjarak tidak lebih 20 meter.

Diwaktu lain, ibu berpesan agar aku segera pulang setelah pulang sekolah. Namun seperti biasa, aku selalu mampir ke tempat-tempat biasa aku bermain, dan mengatakan kepada ibu bahwa terlalu banyak aktifitas di sekolah yang harus aku ikuti, demi memperkaya pengalaman dan ketrampilan. Sesekali, aku juga mengelabui ibu dengan tuntutan uang ini-itu dari sekolah yang wajib dibayar selain uang SPP. Kupikir, mungkin ibuku bodoh sehingga selalu mempercayai setiap permintaan uang tersebut yang sesungguhnya selalu kugunakan untuk mentraktir teman-temanku, sekedar untuk menunjukkan kelas sosial dan 'sogokan' agar aku bisa diterima oleh teman-teman. Meski setelah itu kuketahui, bahwa tidak jarang ibu berhutang untuk menutupi semua 'biaya' itu berharap agar aku bisa menjadi anak yang cerdas, trampil dan bisa diandalkan, aku masih tetap tak menyesal.

Disuatu hari minggu, saat aku tak sekolah, dan tak ada kegiatan apapun diluar rumah. Ibu memintaku mengantarkannya ke pasar karena hari itu akan ada acara keluarga di rumah, yang karena itu ibu harus belanja lebih banyak dari biasanya. Segera otakku berputar mencari-cari alasan agar aku bisa "bebas" dari tanggungjawab itu. Akhirnya, kuberbohong kepada ibu dengan mengatakan bahwa di sekolah ada kegiatan ekstrakurikuler yang "wajib" diikuti oleh semua siswa. Niat berangkat ke sekolah, aku justru nongkrong di Mall, bertemu dengan teman-teman sepermainanku yang -bisa jadi- kebanyakan juga lari dari tanggungjawab membantu orang tua di hari libur.

Kemarin, ibu berharap aku mau membantunya melakukan beberapa pekerjaan rumah yang lumayan berat karena ibu saat itu tak sanggup melakukan semuanya. Ibuku tengah sakit. Tapi aku malah tak mempedulikannya, karena kupikir tak semestinya aku melakukan semua tugas rumah tangga itu. Akhirnya, dalam keadaan sakit, dengan nafas yang tersengal, ibu sendiri yang mengerjakannya, sementara aku tetap asik dengan urusan dan mainanku.

Hari ini, ada sekuntum bunga persembahan dariku yang pasti tak ada harganya dari semua pengorbanan ibu. Tak membalas semua cintanya, tak membayar jerihnya, tak menghilangkan semua luka dan kecewanya, tak meringankan bebannya, tak menghentikan tangisnya, tak membasuh setitikpun peluhnya, bahkan tak menyembuhkan sakitnya, apalagi mengembalikan ibu kepadaku. Karena ibu, yang penuh cinta dan kasih terhadap anaknya ini, kini terbujur lurus dihadapanku. Kupikir, karena aku tak mencintainya dengan segala perilaku burukku terhadap ibu, Allah lebih mencintainya dan mengambilnya dariku. Maafkan aku ibu. Kuharap ibu tahu, bunga cintaku tak pernah luruh.
Ibu ...

Sholat subuh baru hampir tiba ketika pintu rumah kost kami diketuk seseorang. Bapak kostku yang sudah siap berangkat ke masjid hendak adzan subuh, membuka pintu. Tak kuduga… yang datang, ibuku.

Akupun segera bangkit dari tempat tidur, menyambut kehadirannya dengan suka cita. Walau badanku masih lemah setelah hampir sebulan tergolek ditempat tidur, aku berusaha untuk terlihat sehat. Aku tak ingin ibu melihatku sakit.

Sebenarnya aku tak memberi tahu kepada ibu bahwa aku sedang sakit, karena aku kawatir ia menjadi sedih dan harus bersusah payah datang ke kostku untuk melihatku, walaupun hatiku sangat menginginkan kehadirannya. Namun, begitulah ibuku. Setiap kami, anak-anaknya ada yang kurang sehat, selalu saja tiba-tiba datang. Beliau katakan kepada kami, bahwa wajah kami terbayang-bayang dimatanya, atau suara kami terngiang-ngiang ditelinganya, seakan-akan memanggilnya. Yang baginya, itu adalah sebuah pertanda, bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada kami anak-anaknya.

Subhanallaah. Seorang ibu memang memiliki perasaan yang tajam. Tidak sekali dua kali hal itu terjadi. Tetapi hampir setiap kali diantara kami ada yang sakit. Dan kehadiran ibu bagaikan obat mujarab kesembuhan. Seperti pagi itu, serta merta aku merasa sehat. Tubuh yang sebelumnya terasa demikian lemah bagaikan memperoleh energi baru. Aku mampu berjalan sempurna, dan hari berikutnya aku dapat masuk kerja kembali.

Demikian agungnya cinta kasih ibu, sehingga darinya kuperoleh energi dahsyat yang menguatkanku untuk melakukan segala sesuatu. Yang darinya kuperoleh berbagai pelajaran bermakna, yang dapat menuntunku mengarungi kehidupan masa datang. Kesederhanaannya, membimbingku untuk mampu menjalani hidup sederhana. Kesabarannya, mengantarkanku menjadi manusia yang tahu makna kehidupan dan arti pengorbanan. Ketegarannya menghadapi masalah hidup, mengajarkanku untuk selalu optimis. Kesungguhannya bekerja, mengajariku untuk memanfaatkan setiap waktu dengan sebaik-baiknya.

Keagungan cinta kasih yang takkan terbalas sampai kapanpun dan dengan apapun. Pengorbanannya untuk membesarkan anak-anaknya tak sebanding dengan bakti sang anak padanya. Kebahagiaannya, bila melihat anaknya bahagia.

Kini, demikian jauh jarak antara kami. Kerinduan demi kerinduan hanya mampu kuobati dengan komunikasi jarak jauh melalui telepon atau surat. Tak mudah bagiku untuk bertemu, merasakan belaiannya, bermanja-manja sambil tiduran dipangkuannya, atau hanya sekedar menatap wajah teduhnya.

Hari ini, rinduku padanya demikian dalam, namun sulit bagiku untuk dapat menemuinya. Sulit pula bagi ibuku untuk mengunjungiku. Karena jarak yang demikian jauh, biaya yang sangat tinggi.

Robb, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami sejak kami kecil,
Robb, janganlah Engkau timpakan beban yang berat kepada orang tua kami karena kesalahan yang kami lakukan, Jangan pula Engkau siksa orang tua kami karena perbuatan kami,
Bimbinglah kami untuk menjadi anak-anak yang sholeh yang selalu mendo’akan mereka, yang akan menjadi pahala yang tak terputus baginya. Aamiin
Ibu Selalu Menangis

Membaca 'Catatan Seorang Ukhtinya'-nya Kusmarwanti, terutama di tulisan berjudul "Kasih Ibu : Permata Abadi" saya hampir-hampir tak dapat menahan tangis. Saya jadi ingat dulu, hampir 3 tahun lalu ketika pertama kali saya berpisah dengan ibu karena harus kuliah di Bandung. Saat itu sebulan sebelum tahun ajaran baru dimulai saya sudah harus tinggal di Purwakarta, di tempat kakak dan Bapak saya bekerja. Bapak bilang, itu untuk latihan biar saya tidak cengeng nanti ketika masa kuliah sudah benar-benar dimulai. Perlu latihan karena ini bukan sesuatu yang ringan.

Benarlah, hari-hari pertama tanpa Ibu sangatlah berat meski semua kebutuhan saya dicukupi kakak, apalagi sebelumnya saya hampir-hampir tak pernah berpisah dengan Ibu, masa TK sampai SMU saya habiskan di Ngawi, tidur pun saya hampir selalu dengan Ibu karena Bapak bekerja di Purwakarta dan hanya bisa pulang 2-3 bulan sekali.

Tiap kali mandi, menjelang tidur dan sehabis sholat, pokoknya saat saya sendiri, saya selalu menangis diam-diam karena teringat Ibu. Seminggu lebih saya habiskan di rumah kakak, kemudian saya pindah ke kosan Bapak. Bapak saya adalah satpam di pabrik kabel yang waktu kerjanya berdasarkan shift, yang karenanya saya sering ditinggal sendirian di kosan.

Melihat Bapak yang tiap hari harus membeli makan di warung dengan menu dan rasa Sunda yang kadang kurang pas dengan lidah Jawa kami, saya yang tak punya kegiatan lama-lama tergerak juga untuk turun ke dapur, belanja ke pasar dan memasak sendiri!. Kegiatan yang asing dan berat untuk saya yang dulu saat di rumah selalu menolak dengan berbagai alasan untuk 'tugas feminin' ini, tapi dengan bekal resep dari satu tabloid dan kenekatan ternyata saya bisa (setidaknya Bapak saya tidak protes dengan 'karya perdana' saya). Ibu yang diberitahu Bapak lewat telepon terheran-heran mendengar 'kemajuan' saya. Bagaimana mungkin anak bungsunya yang dulu kerjanya nonton sepak bola dan bisanya cuma mencicipi dan mengomentari masakannya, tiba tiba berubah jadi bisa masak?."Darimana dia belajar? kok tiba-tiba punya keinginan memasak?" begitu selalu tanyanya yang hanya bisa dijawab Bapak, "Nggak tahu, aku juga nggak nyuruh".

Begitulah, sesudah daftar ulang saya musti pindah ke Bandung. Saat itu saya tinggal di Asrama Putri dengan 8 orang penghuni di tiap kamarnya. Karena sudah sebulan berpisah dengan Ibu ditambah kesibukan ospek yang padat dan melelahkan, saya sudah tidak terlalu terbayang-bayang Ibu lagi. Saat teman-teman sekamar menangis tiap malam karena kangen dengan Ibunya, saya tenang-tenang saja.

Sampai kemudian tibalah hari Ahad, yang untuk seterusnya saya jadwalkan sebagai hari menelepon keluarga. Bersama teman-teman sekamar saya pergi ke wartel. Satu-persatu anak keluar dari box telepon dengan mata sembab habis menangis. Saya sebenarnya tak mau menangis saat itu, tapi kalimat pertama Ibu di telepon sungguh menyayat hati. "Rik, Ibu kangen!". Singkat. Bergetar. Terdengar jelas diucapkan sambil menahan tangis. Mau tak mau airmata saya langsung mengalir saat itu, keluar begitu saja.

Semester 1 bulan Oktober Ibu datang ke Bandung menjenguk saya yang sudah pindah ke kosan. Saya dipeluk dan diciumi seperti anak kecil. Setelah Ibu pulang, saya baru tahu kalau Ibu bercerita pada Ibu Kos bahwa beliau selalu menangis pada hari-hari pertama kami berpisah. Sama seperti saya. Tiap kali ada orang yang menanyakan kabar saya, tiap kali beliau memasak mie goreng kesukaan saya, saat itu juga Ibu teringat saya dan menangis!. Saya tak tahu itu. Ibu tak pernah bercerita pada saya.

Ketika semester 1 itu ada satu kelakuan saya yang membuat Ibu panik karena cemas. Waktu itu saya iseng memanjat tower STT Telkom yang entah berapa puluh meter tingginya. Reaksi pertama Ibu cuma kaget ketika pertama kali saya beritahu 'aksi' saya itu, tetapi setelah saya tunjukkan tinggi tower sebenarnya dari belakang kamar kos saya, Ibu langsung mengultimatum saya : "Kamu tidak boleh lagi naik- naik 'gituan'!".

Pulang pertama kali saat lebaran, kaki saya bengkak dua-duanya karena tak biasa melakukan perjalanan jauh. Ibu saya menangis melihat keadaan saya. Dan entah mengapa, hampir setiap kali pulang kampung saya selalu membawa penyakit-penyakit baru yang tak pernah saya idap sebelumnya. Teman saya berteori bahwa penyakit-penyakit itu adalah akumulasi dari rasa rindu dan 'penderitaan' saya semasa jauh dari rumah. Saya setuju teori itu.

Semester 4, saya gladi di Ngawi sekaligus pulang kampung. Saat itu, lagi-lagi saya sakit. Kali ini saya kena cacar air, berhari-hari Ibu merawat saya, mengantar ke dokter, memarutkan jagung muda untuk masker wajah saya sambil terus menghibur dan meyakinkan saya bahwa bekas yang ditimbulkan oleh penyakit itu akan secepatnya hilang dan wajah saya tak akan jadi bopeng karenanya. Saya tak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika saya kena penyakit ini di kosan.


Awal semester 5, saya dapat musibah lagi. Kali ini saya jatuh dari angkot dan kepala saya bocor. Ibu yang mendapat kabar itu dari kakak saya langsung menangis dan memaksa ikut Bapak ke Bandung untuk melihat keadaan saya.

Semester 6 ini, saya mulai ikut demo mahasiswa. Sekalinya ikut, rusuh dan bentrok dengan aparat. Entah bagaimana caranya, Ibu tahu juga kalau saya ikut demo itu, padahal saya merahasiakannya. Akibatnya bisa ditebak, Ibu menelepon dan melarang saya ikut demo lagi, tapi karena Bapak tidak melarang, Ibu tak bisa berbuat apa-apa. Saya tahu beliau cemas dan (mungkin) menangis mencemaskan saya. Mungkin sekarang tiap kali mendengar berita demonstrasi mahasiswa di televisi, jantungnya akan berdetak lebih keras sambil mencari-cari gambar saya yang mungkin terselip.
Ah...rasanya saya selalu membuat Ibu menangis. Saya selalu mengusik ketenangan batinnya dengan membuatnya cemas. Baru semester ini saya bisa menepati janji membelikan beliau sepotong baju, janji 2 semester lalu ketika saya dapat honor pertama dari menulis. Hanya pemberian kecil yang tak ada artinya dibandingkan curahan kasihnya selama berpuluh tahun mendidik dan membesarkan saya, juga limpahan cintanya yang bagai udara, yang saya tak bisa hidup tanpanya.

Saya teringat sebuah dongeng dalam buku cerita anak-anak seperti yang diceritakan Miranda Risang Ayu dalam bukunya 'Cahaya Rumah Kita', tentang Taffi si Anak Sapi.

Alkisah, Taffi tinggal di peternakan bersama ibu. Suatu hari, Taffi diijinkan ibunya bermain di sekitar peternakan itu, ia pun berjanji tidak akan main jauh-jauh. Taffi asyik bermain sampai akhirnya ia tiba di pintu pagar. Di luar pagar Taffi melihat padang rumput yang luas yang menarik hatinya untuk keluar dari pagar. Ia bertekad tak akan jauh dari pagar. Di luar pagar Taffi bertemu kuda poni dan kelinci yang mengingatkannya untuk pulang, tapi Taffi tak hirau, ia berjalan terus sampai tiba di dekat sungai. Taffi senang karena rumput di sekitarnya tampak hijau dan segar, ia pun merumput dengan lahap, sampai tak sadar ada sebuah kacamata berwarna ungu di sela-sela rumput itu. Tanpa sengaja kacamata itu terkait di telinganya bersamaan dengan rerumputan yang masuk ke mulutnya.

Taffi merasa lucu karena melihat kelinci berwarna ungu dan berubah ketakutan ketika menyadari bahwa pohon dan rumput juga menjadi ungu, ia tiba-tiba rindu dan teringat Ibunya. Taffi berlari pulang mencari Ibunya. Sepanjang jalan dilihatnya semuanya telah berubah menjadi ungu; anjing, kucing, burung, sapi, bebek semuanya ungu. Ia terus berlari sampai melihat peternakan berwarna ungu. Taffi menerobos masuk dan berteriak memanggil ibunya, tapi ibunya juga ikut-ikutan menjadi ungu. Taffi pun menangis. Ibunya segera menenangkannya sambil melepas kacamata ungu yang sedari tadi menempel di hidung Taffi tanpa disadarinya.

Miranda memaknai cerita ini dengan bagus. Seperti Taffi melakukan perjalanan keluar pagar peternakannya, demikina jugalah kodrat setiap anak yang hendak berangkat dewasa, yang keluar dari perspektif orangtuanya, dari rumah ibunya, untuk memungut makna dari langkah-langkahnya sendiri. Seekor Taffi, sama seperti saya dan anda tak akan merasakan pentingnya kehadiran ibu, sampai ia pernah merasakan kesepian dan keterasingan berpisah dari ibu.

Ya Robb, saya ingin sekali melihat Ibu saya tersenyum, tertawa, bahagia karena saya. Yang saya tahu, Ibu selalu menangis.
Saat ia lelah mengandung saya, ia menangis
Saat ia kesakitan melahirkan saya, ia menangis,
Saat ia lega saya lahir ke dunia, ia menangis,
Saat saya bisa bicara, berjalan dan mulai nakal, ia menangis,
Saat saya mulai sekolah dan jatuh dari sepeda, ia menangis,
Saat saya remaja dan mulai membantah perintahnya, ia menangis,
Saat saya kuliah di luar kota, ia menangis,
Saat saya nanti diwisuda dan bekerja, ia menangis,
Saat saya nanti menikah dan punya anak, ia menangis,
Jika saya harus mendahului ke alam baka, ia menangis.
Saat apa pun dalam kehidupan saya, Ibu selalu menangis.
My Beloved Bunda ... (Surat Untuk Bunda)

Oh ibuku,
dengarkanlah suara dalam hatiku.
Ku bersyukur, ku bahagia
Akan limpahan rahmat-Nya

Ku ingat hari-hari yang indah
Ku ingat masa masa lalu
Betapa senang ketika ku bersama ibu.

Kau ajar aku mengenal Allah,
Lewat apa yang dicipta
Kau ajar aku mencinta Allah
Lewat sholat dan puasa

Jalinan kasih darimu ibu,
Terukir indah dalam hatiku,
Kesabaranmu tak pernah pupus oleh sang waktu
(Bestari)

Hari cerah, matahari begitu gembira membagikan sinarnya ke penjuru bumi. Ditemani kipas angin yang berputar, saya menulis ulang sebuah surat tak bertanggal untuk seorang bunda. Surat yang ditulis pada sebuah catatan harian dan tak tersampaikan. Hanya goresan pinsil usang, saat saya sampai pada usia label 17 tahun.

Surat ini juga saya sampaikan untuk semua bunda yang ada di dunia, sebuah ekspresi penghargaan yang tak sebanding dengan hal yang engkau persembahkan bagi kami anak-anaknya. Sebuah tanda cinta, tanda berkelindannya rasa bahagia. Menjadi seorang bunda adalah hal terindah yang pernah saya lihat. Bunda adalah segalanya.
SURAT KEPADA BUNDA
Pojok kamar bercat putih pucat, malam sudah dari tadi beranjak.
Menjumpai Bunda,

Apa kabar bunda?
Bunda, aku ingin menyebutmu demikian, sebagai penghormatan yang tiada tara.

Malam ini, bulan sembunyi dengan angkuhnya, hingga aku tak bisa memandangi warna peraknya. Bintang yang gemerlapan itupun malah ikut mempermainkanku dengan tidak menampakkan diri. Padahal aku sangat ingin bermain-main sejenak, menerbangkan berbagai perasaan. Pada patahan malam ini, hanya ada deru angin yang sedang mencandai daun-daun pohon mangga di seberang kamar. Aku merasakannya dalam gelap. Sesekali aku memandangi langit megah tak berpenyangga.

Bunda,
dalam keheningan hebat ini aku selalu membayangkan senyuman ikhlas yang bunda sunggingkan setiap menjumpaiku. Sebuah senyuman yang sudah menjadi desah nafas tiada pamrih. Aku memahatnya dalam tiap bingkai indah di ruang hati yang sudah menemaniku selama ini.

Oh iya bunda,
aku masih ingat saat aku dengan tanpa beban memintamu menjadi seorang putri raja. Dan bunda menjelma putri raja sepenuh hati, menemaniku bermain saat aku menjadi permaisuri raja. Aku senaang sekali. Padahal kemarinnya aku menginginkan mu berubah menjadi pendongeng, dan sebentar kemudian engkau mulai membuaiku dengan banyak cerita. Aku mungkin akan mengingatnya selalu dalam benak sebagai kenangan tidak biasa. Saat bunda melompat seperti kodok, tertawa menyeramkan seperti nenek sihir, berdesis kepedasan saat monyet mencuri cabai petani. Saat itu aku pasti latah mengikutimu.

Baru kusadari, ternyata bunda bisa menjelma peran apa saja. Koki pintar yang selalu memuasiku dengan makanan tak bertarif. Atau seorang psikolog handal, yang berjam-jam rela menjadi keranjang sampah cerita rutinitas ku tanpa harus dibayar. Dokter yang menjagaku sepanjang malam tanpa lelap sedikitpun, kala aku harus terbaring mengalami sakit dan itu gratis. Kali lain engkau menjadi sahabat dekat yang mengingatkanku untuk berhati-hati dengan seorang pangeran, saat itu aku tersenyum malu, ternyata kau bisa menebak apa yang belakangan itu terjadi. Oh iya aku tidak lupa, ketika bunda menjahitkan ku sebuah gaun krem bermotif sekuntum bunga, meski kau kerjakan manual tapi hasilnya membuatku berucap, "Wah bunda hebat!". Dan aku selalu mengangsurkan geraian rambut ini, tentu saja dengan berdendang bunda akan melakukannya dengan hasil baik. "She is a special barber".

Bunda sayang, besok adalah hari "jadiku". Yah, setiap hari bertanggal 4 di bulan ini ku lewati setiap tahun. Ingatkah bunda, tentang hari besar itu? Aku tahu jawabannya, karena tiap hari itu, bunda akan menyambut dan memelukku dengan berucap "Tambah satu tahun lagi usia anak bunda". Meski tidak pernah ada pesta, aku selalu senang, karena sudah ada hadiah yang paling indah, it's u bunda!.

Bunda, tujuh belas tahun, usiaku esok, Sudah selama itukah aku menapaki hidup? Perasaan baru kemarin aku mengeja "Ini Budi" dan menghapal perkalian 3. Sepertinya baru kemarin aku merepotkanmu dengan pertanyaan-pertanyaan ibukota propinsi di Indonesia. Ah bunda, masih segar rasanya merengek-rengek ingin ikut ke kota bersamamu. Padahal sekarang aku bisa pergi kapan saja tanpa takut tidak ditemani.

Sudah selama itukah aku menjadi bebanmu? (Aku sangat yakin engkau tidak berkenan dengan penggunaan kata "beban"). Bagimu, aku adalah tempat untuk mengekspresikan banyak hal, kasih sayang, ketulusan, kebijaksanaan, keluhuran budi, kekayaan alami, kecerdasan, kearifan. Untukmu, aku adalah perwujudan cinta hakiki. Satu hari bunda menangis melihat darah yang keluar ketika aku terjatuh, dan bunda memelukku erat, "Sayang... berikan rasa sakit itu untuk bunda". Ah bunda, andai saat itu bisa kubujuk untuk kembali, aku tak akan meraung-raung dan tidak membuatmu khawatir, aku akan berkata "Aku baik-baik saja bunda".

My dear bunda,
surat ini sengaja aku tulis. Agar aku bisa menyapamu dengan agung, biar perasaan romantis ini bisa leluasa mengalir. Aku malu menyampaikannya secara langsung. Rasa terima kasih yang menggumpal dalam dada ini biarlah terangkai dalam kalimat-kalimat berirama sopran. Ah, bunda, aku tak punya keberanian untuk menyanjungmu terang-terangan, seperti yang selama ini bunda persembahkan. "Ayo sayang, tidurlah" atau "Duh anak bunda paling cantik sedunia" atau "Jangan begitu, bunda yakin kau anak pintar dan mampu melakukannya dengan baik" bahkan "Anak sholehah tak akan melakukan ini", "Geulis, pinter,sholeh......, anak gadis tak baik menyanyi di kamar mandi".

My love bunda,
Kedewasaan (sebuah kata yang kutemukan dalam pelajaran bahasa indonesia) seharusnya menjadi milik seorang yang berusia 17 tahun kan? He..he.. sepertinya aku akan meminta bantuanmu agar bisa memilikinya. Tolong yah!

Bunda, dalam sunyi, aku menyempatkan diri mengingat pesanmu bulan lalu "Seiring usia yang bertambah, sebaliknya jatah umur kita berkurang. Seseorang yang bergembira dengan hari kelahirannya, sesungguhnya dia bersuka dengan majunya kematian". Iya bunda, aku setuju dengan nasihatnya. Aku seharusnya menambah kadar mawas diri, memperbaiki kualitas akhlak dan kepribadian, semakin ringan menolong sesama, makin bijak dalam memilih dan tentu saja kian cendikia. "Tidak lupa diri". Itu tambah bunda kemudian.

Bunda, terima kasih sudah menyeberangkan aku ke usia ini dengan selamat. Terima kasih juga atas rambu-rambu yang senantiasa menjadi pengarah hingga aku tidak terantuk dan tersesat. Berjuta rasa bahagia, karena telah menjadi seorang ibu yang bijaksana, seorang yang selalu mewarnaiku dengan do'a-do'a ikhlas, seorang yang mendorongku untuk menjadi kaya ilmu dan budi. Jasa indah bunda tak terbilang. Aku hanya mampu menggoreskanya dalam sebentuk puisi sederhana:

Dia seperti Rimbun pohon kebijaksanaan,
Yang selalu naungi dunia kecil milikku
Sebarkan wangi kedamaian
tak henti memberiku semangat menapaki hidup
Dia, menjelma telaga teduh sepanjang waktu,
Tempatku bertambat, bermain dan bermimpi
Riak airnya membiakkan banyak kebahagiaan
Menemani segala bentuk hari yang ku lalui

Aku tak pernah mendapatinya kering,
Meski musim tidak terhitung berganti
Aku tak pernah melihatnya tumbang
Walau gelombang yang mendera bertubi-tubi

Dia tetap tersenyum menjumpaiku
Dia tetap membagi aku dengan kecupan sayang
Bunda, aku menyebutmu demikian

Dan bunda, malam ini sudah sepatutnya aku mengulurkan renda-renda do'a untuk mu. Doa yang bunda sendiri ajarkan. "Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, Sayangilah mereka seperti mereka menyayangi dan mendidik aku di waktu kecil".

My beloved bunda,
bila esok tiba, tak kan kusia-siakan untuk mereguk kebersamaan dengan engkau. Kesempatan untuk mendulang lebih banyak hal menakjubkan juga tidak akan kumubadzirkan. Engkau adalah orang terkuat di dunia kecilku, dalam naungan langit mungil yang selalu mengakrabkanku dengan dunia sebenarnya. Engkau adalah muara dari segala hal yang aku butuhkan. Aku tidak akan menjadi apa-apa bila keberadaanmu nihil. Dan bunda, bantu aku manjadi sosok yang diharapkanmu. Karena aku sadar, tidak mudah membangunnya sendirian. Akhirnya semoga bunda baik-baik saja. Semoga Allah selalu menyayangimu dengan memberimu kekuatan untuk selalu menyayangiku :). Bunda, tunggu aku besok, aku berjanji untuk membuatmu tersenyum menatap bola raksasa itu pergi ke kaki langit.

"Hueammmm" aku mengantuk, jam mungil yang tergantung memberitahuku bahwa jarum pendeknya sudah ada di angka 2.

Sekian dulu bunda.
Peluk cium dari ananda
Nak ...

Nak, jauh sebelum kau hadir dalam kehidupan ayah dan ibu, kami senantiasa bermohon kepada Allah Swt agar dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholihah, yang taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, rajin beribadah dan belajar, serta dapat menjadi penerus dakwah Ilallaah.

Banyak rencana yang kami rancang, agar kelak bila kau hadir, kami sudah siap menjadi orang tua yang baik dan mampu mendidikmu dengan didikan yang sesuai dengan dinnul Islam, tuntunan kita seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah Saw kepada kita.

Ayah dan Ibu ingin, kelak bila Allah mengamanahkan kepada kami seorang putri, maka dia akan berakhlaq seperti akhlaqnya Fatimah putri Rasulullah, dan bila Allah mengamanahkan seorang putra, maka dia akan seperti Ali.

Setelah tanda kehadiranmu mulai tampak, Ibu sering mual, muntah-muntah, sakit kepala dan sering mau pingsan, Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya, kami menjagamu sepenuh hati, serta senantiasa berharap, kelak kau lahir sebagai anak yang sehat, sempurna dan menyenangkan.

Sejak dalam rahim, kami mencoba menanamkan kalimat-kalimat tauhid kepadamu dan berupaya mengenalkanmu kepada Sang Pencipta, dengan bacaan ayat-ayat suci-Nya, dengan senandung-senandung shalawat Nabi, dengan nasyid-nasyid yang membangkitkan semangat da’wah dan rasa keimanan kepada Allah yang Esa.

Saat kau akan lahir, Ibu merasakan sakit yang amat sangat, seolah berada antara hidup dan mati, namun Ibu tidak mengeluh dan putus asa, karena bayangan kehadiranmu lebih Ibu rindukan dibanding dengan rasa sakit yang Ibu rasakan. Ibu tak henti-hentinya berdo’ a, memohon ampunan dan kekuatan kepada Allah. Ayahpun tidak tidur beberapa malam untuk memastikan kehadiranmu, menemani dan menguatkan Ibu, agar sanggup melahirkanmu dengan sempurna. Bacaan dzikir dan istighfar, mengiringi kelahiranmu.

Begitu kau lahir, sungguh rasa sakit yang amat sangat sudah terlupakan begitu saja. Setelah tangismu terdengar, seolah kebahagiaan hari itu hanya milik Ibu dan Ayah. Air mata yang tadinya hampir tak henti mengalir karena menahan sakit, berganti menjadi senyum bahagia menyambut kelahiranmu. Ibu dan Ayah bersyukur kepada Allah Swt, kemudian Ayah melantunkan bacaan adzan dan iqomat ditelingamu, agar kalimat yang pertama kali kau dengar adalah kalimat Tauhid yang harus kau yakini dan kau taati selama hidupmu.

Saat pertama kali kau isap air susu Ibu, Ibu merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara. Ibu ingin memberikan semuanya kepadamu, agar kau segera tumbuh besar dan sehat. Ibu berupaya supaya ASI ini dapat mencukupi kebutuhanmu. Ibu berupaya untuk selalu dekat denganmu, dan selalu mengajakmu kemanapun Ibu pergi, supaya kapanpun kau lapar, Ibu selalu siaga memberikan air surgawi karunia Ilahi itu kepadamu.
Ibu berusaha untuk selalu siap siaga menjagamu, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Saat malam sedang tidur lelap, Ibu akan terjaga bila kau tiba-tiba menangis karena popokmu basah atau karena kau lapar. Saat sedang makan dan kau buang air besar, Ibu dengan rela menghentikan makan dan mengganti popokmu dulu. Dan semuanya, Ibu lakukan dengan senang hati, tanpa rasa risih dan jijik.
Sejak kau masih dalam ayunan, Ibu senantiasa membacakan do'a dalam setiap kegiatan yang akan kau lakukan. Ibu bacakan do'a mau makan ketika kau hendak makan, do’a mau tidur ketika kau mau tidur, dan do’a apa saja yang harus kau tahu dan kau amalkan dalam kehidupan keseharianmu. Ibu bacakan selalu ayat kursi dan surat-surat pendek satu persatu setiap malam, dikala mengantarmu tidur, ayat-per ayat dan Ibu ulang berkali-kali hingga kau sanggup mengingatnya dengan baik, dengan harapan kau besar nanti menjadi penghafal Al Qu’ran.

Ketika kau sudah mampu berbicara, subhanallah, tanpa kami duga, kau telah hafal berbagai macam do’a dan beberapa surat pendek. Ibu bersyukur dan bangga kepadamu. Muncul harapan dalam hati ini, kelak kau tumbuh menjadi anak yang pintar dan rajin belajar.

Tatkala kau mulai belajar sholat, dan usai sholat kau lantunkan do’a untuk orang tua, walau dengan bacaan yang masih belum sempurna, bercucur air mata ibu karena kau telah mampu melafalkan do’a itu. Timbul harapan dihati yang paling dalam, kelak hingga ketika Ibu dan Ayah tiada, kau tetap melantunkan do’a itu, karena do’amu akan memberikan kepada Ibu dan Ayah pahala yang tak henti-hentinya di yaumil-akhir. Kaulah asset masa depan bagi umi dan abi. Kau akan mampu menolong umi dan abi di yaumil-akhir nanti, bila kau menjadi anak yang sholihah.

Nak, kehadiranmupun memberikan kepada Ibu dan Ayah pelajaran yang sangat berharga, kau mengingatkan kami tatkala masih sepertimu. Mengingatkan dengan lebih kuat lagi, betapa besar pengorbanan yang dilakukan oleh kakek nenekmu kepada kami, hingga Ibu dan Ayah tumbuh dewasa dan bahkan sampai menjadi orang tua seperti mereka.

Ibu dan Ayah sangat menyayangimu, karena kami ingin kaupun menjadi anak yang penyayang terhadap sesama. Kami hampir selalu menyertakan kata sayang dibelakang namamu saat memanggilmu, supaya hatimu senang dan gembira bersama Ibu dan Ayahi.

Saat kau memasuki usia sekolah, Kami carikan sekolah yang baik untukmu. Sekolah yang memiliki visi pendidikan seperti yang Ibu dan Ayah inginkan. Alhamdulillaah, saat kau mulai sekolah, telah banyak berdiri sekolah-sekolah Islam Terpadu, sehingga kami tidak kesulitan mencarikan sekolah untukmu. Ayah mengantarmu ke sekolah setiap pagi dan Ibu mendampingimu selalu hingga kau berani ditinggal di sekolah sendiri.

Keperluan sekolahmu selalu kami upayakan, walau kadang harus dengan susah payah, agar kau bisa memperoleh pendidikan yang baik dan layak untuk kehidupanmu dimasa yang akan datang. Kami senantiasa berupaya membimbingmu untuk dapat melakukan segala sesuatu, agar saat besar nanti kau mampu melayani dirimu sendiri.

Bila Ibu dan Ayah tidak mau melayanimu untuk hal-hal yang sudah dapat kau lakukan sendiri, itu bukan berarti kami tidak menyayangimu, tapi justru sebaliknya. Karena Ibu dan Ayah sayang sekali padamu, kau tidak boleh terlalu dimanjakan, hingga saat kau besar nanti, kau jadi anak yang mandiri dan serba bisa.

Maafkan Ibu dan Ayah bila sekali waktu (atau bahkan sering) memarahimu ketika kau membuat kesalahan yang berulang-ulang. Sungguh, sebenarnya Ibu dan Ayah tak ingin memarahimu, namun kamipun sadar bahwa kau harus tahu dan harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, agar saat kau dewasa dan telah bergaul dengan masyarakat umum nanti, kau bisa memilih untuk selalu melakukan yang haq dan meninggalkan yang bathil. Semoga kau tidak salah sangka.

Maafkan pula bila Ibu dan Ayah selalu membatasi tontonan dan bacaanmu, karena dewasa ini sangat banyak media yang dapat merusak pendidikan yang sudah kami terapkan kepadamu. Itu semua kami lakukan, agar kau terpelihara dari hal-hal negatif yang akan mendangkalkan akhlaq dan perilakumu. Ibu dan Ayah ingin, kau menjadi anak yang faqih dalam hal agama, menjadi generasi Qur’ani, dan menjadi penerus dakwah Ilallaah.

Inilah harapan Ibu dan Ayah kepadamu, sangat banyak dan sangat ideal. Oleh karenanya, kami senantiasa memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Yang Esa, yang Berkuasa dan Maha Agung, agar tidak salah langkah dalam mendidikmu.
Hormati Hak Anak, Anda kan Tersenyum di Hari Tua

Siapa bilang anak tak punya hak dalam keluarga? Bahkan seorang balita pun tetap memiliki hak-hak yang wajib dihormati oleh kedua orangtuanya. Orang tua seringkali menganggap anak tak banyak memiliki hak selain apa yang sudah ditetapkan dan menjadi kebiasaan. Misalnya ASI (air susu ibu), ini merupakan salah satu hak anak yang bahkan ditetapkan oleh Allah bersamaan dengan ketentuan kelahiran si anak. Ayat dalam Al Qur’an yang menggambarkan perjuangan seorang ibu mengandung sembilan bulan lamanya, menyatu dengan perjuangan menyusui hingga 2 tahun. Artinya, perjuangan seorang ibu tak selesai seiring usainya masa persalinan, melainkan terus hingga anak-anak yang sesungguhnya amanah Allah itu besar dan sudah sanggup membedakan mana yang benar dan salah untuk jalannya kemudian.

Banyak hak anak yang selama ini tidak diakui para orang tua, misalnya saja untuk berpendapat. “Huss, anak kecil tahu apa…”, “Anak kemarin sore, sudah pintar ngomong macam-macam” adalah contoh dari sekian banyak penafian hak anak dalam keluarga. Sebagai individu dan bagian dari sebuah keluarga, jika seorang anak sudah bisa berpikir dan mengeluarkan pendapat terhadap satu hal, selayaknya orang tua mau mendengarkan mereka. Sikap orangtua yang tak mau dan tak pernah memberikan kesempatan anak untuk berpendapat, apalagi melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, adalah sikap otoriter yang bisa mengekang sehingga memungkinkan tumbuhnya benih-benih pembangkangan anak terhadap orang tua.

Selama ini kita hanya mengenal beberapa hak anak seperti mendapatkan nama yang baik, memperoleh kasih sayang, pendidikan yang berkualitas, lingkungan yang baik, bahkan untuk anak perempuan, juga berhak untuk dipilihkan jodoh yang baik oleh orangtuanya. Itupun satu atau beberapa dari hak-hak tersebut masih sering terabaikan (diabaikan?) para orangtua yang salah kaprah memandang bentuk kasih sayang dan perhatian, juga salah memilihkan sarana pendidikan. Terlepas ada sebagian orangtua yang ‘terpaksa’ menyekolahkan anak mereka terkait soal ekonomi, tapi tak bisa disangkal jika banyak orangtua yang lebih mengutamakan pendidikan formal tanpa menganggap penting pendidikan agamanya. Betapa banyak kita mendengar orang tua yang teramat bangga terhadap kefasihan sang anak ber-cuap-cuap dengan bahasa asing, atau kemahirannya mengoperasikan komputer. Tapi disaat yang sama, mereka tenang dan tak merasa sedih anaknya tak mengerti baca tulis Al Qur’an.

Sudahkah menjadi orang tua yang baik?

Perkembangan teknologi, pesatnya arus informasi yang terus meningkat per detik, semakin membuat banyak orangtua tak berdaya melakukan filterisasi buat anak-anak mereka. Karena pada saat yang sama, orangtua-orangtua juga teramat kewalahan oleh padatnya acara dan kepentingan usaha, paling tidak oleh kesibukan mencari nafkah. Seorang ayah misalnya, sering beranggapan tugas utamanya adalah mencari nafkah dan mencukupi semua kebutuhan keluarga, termasuk anak-anak. Soal pendidikan, ibunyalah yang menjadi tumpuan. Lalu bagaimana dengan anak-anak ‘malang’ yang kedua orangtuanya sibuk bekerja? Guru di sekolah menjadi harapannya sebagai pengganti orangtua. Di rumah? Otomatis anak lebih banyak ‘dididik’ oleh Babysitter dan pembantu rumah tangga.

Saat ini banyak berkembang model pendidikan plus yang menawarkan pendidikan ekstra dan berbagai macam janji plus-plus dengan harga yang juga wah plus-nya. Buat orang mereka yang berduit, mungkin bukan masalah berapapun biaya yang diminta agar anak mereka mendapatkan pendidikan terbaik. Tentu menjadi masalah tersendiri bagi orang tak punya, anak-anaknya harus mendapatkan sekolah dibawah standar dengan guru-guru yang juga pas-pasan. Kenapa harus saya katakan seperti ini? Karena guru-guru profesional dengan skill yang tinggi biasanya sudah dikontrak habis oleh sekolah-sekolah plus. Dan sisanya, mereka yang tidak terjaring ke kelompok guru profesional itulah yang ada di sekolah-sekolah standar. Yang menyedihkan, konsentrasi guru-guru itu masih harus terpecah oleh pikiran tentang biaya hidup yang tak bisa dipenuhi oleh gaji mereka yang jauh dibawah standar, bahkan tidak manusiawi, mengingat jasa guru yang melahirkan generasi-generasi bangsa berkualitas.

Terlepas dari mampu tidaknya orangtua menyekolahkan anak-anak di lembaga pendidikan bermutu, yang terpenting disadari adalah bahwa waktu mereka di sekolah hanya beberapa jam saja, dan sisanya dari 24 jam itu lebih banyak di rumah. Artinya, sebagus apapun sekolah tempat anak-anak itu ditempatkan, tetap saja peran orangtua harus lebih dimaksimalkan. Pertanyaannya? Siapkah para orangtua itu menjadi guru sebenarnya bagi anak-anak mereka? Sudahkah mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitasnya selaku orangtua?

Para orangtua harus menyadari, bahwa mereka tak bisa mengandalkan dan berharap banyak terhadap lembaga-lembaga pendidikan berkualitas, karena orangtua adalah guru terbaik buat anak-anaknya. Sebelum bercita-cita menjadikan anak mereka menjadi anak shalih, sudahkah keshalihan itu tercermin dalam sikap dan keseharian orangtua? Sebelum menginginkan anak-anak mengerti dan mentaati kewajibannya sebagai anak kepada orangtua, sudahkah orangtua memenuhi kewajibannya memenuhi hak anak-anak?

Anak-anak butuh figur, dan itu hak mereka terhadap orangtuanya. Kasih sayang orangtua juga tak bisa tergantikan oleh materi yang berlimpah, apalagi oleh seorang babysitter atau pembantu rumah tangga. Tentu Anda para orangtua tak pernah berkeinginan dititipkan ke panti jompo oleh anak-anak Anda kelak, Anda juga tak pernah berharap anak-anak tak menghormati, tak menghargai dan acuh terhadap perintah dan nasihat Anda, sebagai balasan Anda tak pernah memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat. Padahal kita mengerti, salah satu kebutuhan dasar manusia adalah didengarkan, dan anak tentu juga memiliki kebutuhan itu. Pernahkah Anda bermimpi anak-anak Anda rajin beribadah dan senantiasa mendo’akan Anda, baik disaat hidup maupun nanti Anda sudah tak lagi mendampingi mereka? Tentu Anda tahu apa yang harus dilakukan saat ini terhadap anak-anak sebelum mereka tumbuh menjadi manusia yang bukan Anda cita-citakan. Yakinlah, jika semua hak anak sudah anda penuhi, Anda boleh tersenyum di hari tua dan berbisik bangga, “Anak sukses itu, akulah orangtuanya”. Wallaahu ‘a’lam bishsowaab. (Bayu Gautama)

Baca selengkapnya......


By Michael David Shapiro
" Aku dilahirkan sebagai seorang Yahudi Rusia. Perjuanganku bermula semasa aku berumur 19 tahun. Keyakinanku terhadap tuhan kerap berbolak-balik. Cita-citaku dalam hidup ini mulanya adalah nak menjadi seorang bintang rock. Aku tinggal di US dan bekerja sebagai setiausaha….. sungguh melucukan..
Suatu malam aku berjalan ke dapur, tiba-tiba ternampak satu lembaga hitam, rupanya kawan serumahku. Aku masih ingat bertanya dia "Boleh tak aku simpan vodka ini dalam peti ais?. Lepas tu kami bersalaman dan kembali ke bilik tidur. Selepas itu, kehidupan aku berubah secara tiba-tiba.
Kawan aku ini adalah seorang muslim. Dia adalah orang Islam yang pertama aku kenali. Oleh sebab terlampau kuat semangat ingin tahu aku pun bertanya kepada dia tentang Islam… Aku Tanya dia pasal sembahyang 5 waktu, perang jihad, siapa Muhammad?
Perbualan kami turut disertai bersama dengan seorang kawan Kristian kami bernama Wade. Jadi kami pun membentuk dialog antara agama Islam, Yahudi dan Kristian. Dalam sesi tersebut kami telah menemui banyak perbezaan dan persamaan.
Tanpa kusedari minatku telah bertukar daripada seks, dadah dan berpesta kepada pencarian mendalam kepada agama. Satu pencarian yang aku perlu lengkapkan. Pencarian kepada tuhan dan pencarian bagaimana untuk mengikuti perintah tuhan.
Dalam kesungguhanku mencari kebenaran, aku bertanya kepada diriku. Ok, kita mula cara mudah, ada berapa tuhan sebenarnya? Aku yakin ada satu je.. sebab kalau banyak tuhan akan jadi lemah sebab pasti berlaku perselisihan dan pergaduhan… Satu tuhan adalah keyakinanku, dan pilihanku.

Suatu ketika dulu aku buka mindaku kepada kemungkinan wujudnya tuhan. Aku analisa pandangan orang yang percaya dan tak percaya. Yang membuatkan aku menyebelahi orang yang percaya adalah ungkapan ‘setiap rekaan mesti ada perekanya’. Dengan keyakinan sedemikian dalam diriku akhirnya aku sedar dengan yakin bahwa tuhan itu wujud. Aku masa tu masih tak dapat menjelaskannya tetapi jauh dalam lubuk hatiku aku percaya.
Ketakjuban yang baru aku jumpa ni diikuti dengan rasa tanggungjawab terhadap Penciptaku. Dunia beragama kemudian menjadi tumpuanku.
Lepas tu aku bertanya pada diriku “Mana aku akan mula?" Secara lisan ada ribuan jenis kepercayaan. Aku perlu juruskan kepada hanya beberapa kepercayaan sahaja. Macam mana aku nak selesaikan masalah ini? Mula-mula cari yang percaya pada satu tuhan sahaja. Ini aku masukkan dalam kepala otakku. Tentu sekali ini logik sebab aku hanya percaya pada satu tuhan sahaja."
Ok, lepas tu.. "ini maknanya kita tolak agama Hindu dan Buddha sebab keduanya percaya pada banyak tuhan. Jadi tinggal 3 saja agama yang ada satu tuhan iaitu Islam, Yahudi dan Kristian…. Jadi oleh sebab aku ni Yahudi aku mula dengan Judaism (Ugama Yahudi) terdapat satu tuhan, beberapa Rasul, '10 Commandments’, Taurat, jiwa Yahudi…apa,.. apa jiwa Yahudi?
Masa aku buat kajian perkara ini menghantui fikiranku. Ceritanya ‘Jika seseorang tu dilahirkan sebagai Yahudi dia ada jiwa Yahudi dan mereka mesti menganut Judaism (agama Yahudi)’.... tunggu jap..kalau macam tu ni dah jadi diskriminasi kan? Sedangkan agama itu patut universal (menyeluruh).
Jadi tuhan juga buat jiwa Yahudi, jiwa Kristian dan jiwa Muslim dan jiwa Hindu? Aku ingat semua manusia diciptakan sama sebagai manusia? Jadi kalau seseorang itu dilahirkan dalam sesuatu agama dengan ketentuan tuhan, maka dia mesti berada dalam agama tersebut walaupun akhirnya seseorang tu mendapati agamanya sesat?...hmmm aku tak percaya ..camtu zalim tuhan..ini mustahil.
Satu hal lagi yang peliknya dalam Judaism tak ada konsep neraka…yang ada syurga je…kalau macam tu kenapa nak buat baikkan? Kenapa hidup ni tak buat dosa je? kan elok? Kalau aku takde rasa takut dengan pembalasan atas kejahatan yang aku lakukan kenapa aku perlu berlaku baik dalam hidup?
Kita teruskan..Aku dapati Christianity (agama Kristian) ok, ada satu tuhan, seorang anak, seorang bapa dan roh suci…macam mana nak kata semua ni satu tuhan 1+1+1 =3 bukan satu? Jadi macam mana yang dikatakan percaya satu tuhan?
Penjelasan lepas penjelasan, persamaan lepas persamaan dan perbandingan lepas perbandingan, analogi lepas analogi.. aku tak dapat terima konsep ini... Ok kita tengok isu lain pula…
Jesus mati disebabkan dosa kita dan dia lakukan sedemikian sebab kita telah dipenuhi dengan ‘dosa asli’. Jadi, Jesus Christ anak tuhan perlu dikorbankan untuk menyelamatkan semua orang daripada neraka dan menyembuhkan kita daripada dosa yang diberikan kepada kita oleh Adam..
Ok, kalau begitu maknanya kamu mengatakan bahawa kita dilahirkan sebagai orang yang telah sedia berdosa? Dan untuk jadi orang yang berdosa seseorang itu perlu melakukan satu dosa baru boleh jadi begitukan? Jadi kamu beritahu aku yang bayi yang baru lahir telah melakukan kesalahan berdosa? Yang ni pelik.. takkan sebab kesalahan satu orang semua manusia kena pikul dosanya? Apakah maksud pegangan sebegini? Seksa semua orang walaupun satu orang melakukan kesalahan? Kenapa tuhan buat undang-undang macam tu? Tuhan tak zalim..mustahil… tak logik… aku tak percaya.
Jadi Jesus Christ mati kerana beliau ‘mengasihi manusia’.. Nanti dulu dalam Bible disebut Jesus berkata "Bapa, kenapa aku dibuat begini?" Bermakna Jesus tak faham kenapa dia dibunuh secara kejam.. Tetapi kamu kata dia secara sukarela dikorbankan…. Walau apapun aku tetap tak dapat terima kepercayaan begini. Ok, agama selanjutnya adalah Islam….
Islam bermaksud penyerahan diri. Kepercayaan umumnya adalah satu tuhan, solat 5 waktu sehari semalam, infaqkan 2.5% zakat tahunan kepada fakir miskin, berpuasa bulan Ramadan.. dan mengerjakan Haji sekali seumur hidup jika mampu. Ok, tak ada yang sukar untuk difahami.
Tak ada yang bercanggah dengan logik akalku. Al-Quran adalah kitab mukjizat. Banyak bukti saintifik telah diperolehi daripadanya sejak 1,400 tahun yang lalu.
Ok. Islam telah melepasi tapisan awalku tentang keagamaan.. Tetapi aku ingin bertanya beberapa soalan yang mendalam tentangnya.. Adakah Islam itu menyeluruh? Ya.. semua orang boleh faham kepercayaan yang asas ini. Tiada analogi atau persamaan yang diperlukan.. Adakah ianya selaras dengan Sains? Sudah tentu.. terdapat berdozen ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang Sains moden dan teknologi.
Semakin aku membuat kajian ke atas ratusan fakta logik yang aku baca dan buat kajian, satu perkara lagi mengetuk fikiranku…yang paling utama sekali Islam.. nama agama. Aku dapati ianya disebutkan banyak kali di dalam Al-Quran.
Walau bagaimanapun, mengingat semula kajianku yang lepas. Aku tak ingat pun melihat satu perkataan Judaism di dalam ‘Old Testament" atau Christianity di dalam ‘New Testament". Perkara ini amat besar dan mustahak. Kenapakah kita tak jumpa nama agama masing-masing dalam kitab berkenaan? Sebab… memang tidak ada nama agama dalam kitab tersebut ..Saya pun berfikir.. Judaism datang daripada perkataan "Juda" dan "ism" sementara Christinity daripada perkataan "Christ" dan " ianity"…
Jadi siapakah Juda ini? Dia adalah ketua kabilah Hebrew ketika tuhan menurunkan wahyu kepada manusia. Jadi agama ini dinamakan daripada nama seseorang.. Ok.. kita tengok pula siapakah Jesus Christ. Dia adalah orang yang menyampaikan risalah tuhan kepada golongan Yahudi. Jadi, kesimpulannya agama ini dinamakan dengan nama manusia.
Bercanggah dengan fakta, agama Judaism dan Christinity tidak ada disebutkan dalam kitab suci mereka.. Bagi aku ini sangat pelik.. aku tak boleh terima. Kalaulah aku jual barang dari rumah ke rumah dan aku cakap pada tuan rumah "Tuan nak beli barangan (tiada nama)? Tentu sekali jawapan logik adalah “Apakah barangan (tiada nama) ini dipanggil?.. Pasti saya takkan dapat menjual walau satu produk pun yang tiada nama, bukan ?
Menamakan sesuatu adalah perkara asas manusia menentukan objek baik secara fizikal atau bukan fizikal. Kalau agama yang hendak dianuti dan disebar kepada manusia di atas mukabumi, tentu sekali ianya mesti ada nama.
Sudah tentu sekali nama agama adalah nama yang diberikan oleh tuhan yang maha Esa? Aku yakin macam tu… tepat sekali.. Nama Judaism dan Christianity tidak ditulis dalam kitab suci mereka, manusia yang ciptakannya bukan tuhan. Kenyataan yang tuhan menurunkan agama untuk manusia ikuti tanpa nama adalah mustahil pada pendapat aku… Tak masuk akal.
Pada hujah ini, Judaism dan Christianity dah hilang kredibiliti sebagai asli, logik dan menyeluruh sebagai sebuah agama daripada pandanganku.
Islam adalah hanya satu agama yang ada nama agamanya tercatat dalam kitab suci,,,, ini sangat penting dan bermakna bagiku.
Aku kini menyedari aku wajib mengikuti Islam…….kemudian aku mengucap syahadah…aku bersyukur diketemukan dengan kebenaran. Dulu aku dalam kegelapan ..kini aku dalam cahaya kebenaran..
Allahu Akbar…….
Oleh Michael David Shapirowallahua'lam....
http://www.jews-for-allah.org/Jewish-Converts-to-Islam/michael-david-shapiro.htm

Baca selengkapnya......

KARIES GIGI (GIGI BERLUBANG)

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 18.13 | 0 komentar »


Karies gigi, biasa disebut gigi baerlubang. Merupakan penyakit umum rongga mulut.

Karies gigi disebabkan karena adanya demineralisasi/larutnya mineral gigi akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri plaq.

Bakteri plaq sendiri meningkat dengan adanya komsumsi makanan yang lengket dan mengandung gula.

Karies gigi mula-mula pada kedalaman email (tanpa rasa sakit dan berlanjut sampai kedalaman dentin (dengan rasa ngilu jika makan makanan manis, asam, dan dingin). Jika tidak dirawat, karies gigi akan menyebabkan pulpitis (dengan rasa yang sangat sakit dan berlanjut dengan kematian pulpa (gangren pulpa).

Jika infeksi menyebar melalui pembuluh darah, maka akan menyebabkan penyakit pada JANTUNG, GINJAL, SENDI, HIDUNG, dan MATA YANG KRONIS.

Gigi yang dicabut karena karies gigi akan menurunkan kemampuaan pengunyahan, dan akan berakibat terjadinya karies, pergeseran dan penyakit pada gigi-gigi disekitarnnya.

Ngeri khan, ngebayangin…???

Makanya,,,

Yukk, ke dokter gigi… hilangkan rasa takutmu…

Dokter gigi juga manusia…!!!

Temukan kasih sayang disana…he8

Baca selengkapnya......

From My heart

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 23.08 | 1 komentar »

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah
teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil
keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Thanks for being my friend...

Baca selengkapnya......

God will make a way

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 23.07 | 0 komentar »

Ada kekuatan di dalam cinta,
Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya
Untuk mementingkan diri sendiri.

Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan,
Orang tertawa gembira adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.

Ada kekuatan di dalam kedamaian diri
Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah tergoyahkan
Dan tidak mudah diombang-ambingkan.

Ada kekuatan di dalam kesabaran,
Orang yang sabar adalah orang yang kuat
Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
Dan ia tidak pernah merasa disakiti.

Ada kekuatan di dalam kemurahan,
Orang yang murah hati adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.

Ada kekuatan di dalam kebaikan,
Orang yang baik adalah orang yang kuat
Karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang.

Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
Orang yang setia adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.

Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat
Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.


Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

Sadarkah teman bahwa engkau juga memiliki cukup Kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini?
Dimanapun, seberat dan serumit apapun juga.
Karena pencobaan tidak akan pernah dibiarkan melebihi kekuatan kita.
~~ GOD WILL MAKE A WAY!0

Baca selengkapnya......

Istri Shalehah

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 23.05 | 2 komentar »

Istri yang shalehah adalah yang mampu
menghadirkan kebahagiaan di depan mata
suaminya, walau hanya sekadar dengan
pandangan mata kepadanya. Seorang
istri diharapkan bisa menggali apa
saja yang bisa menyempurnakan
penampilannya, memperindah keadaannya
di depan suami tercinta. Dengan
demikian, suami akan merasa tenteram
bila ada bersamanya.

Mendapatkan istri shalehah adalah
idaman setiap lelaki. Karena memiliki
istri yang shalehah lebih baik dari
dunia beserta isinya. ''Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah istri shalehah.'' (HR
Muslim dan Ibnu Majah).

Di antara ciri istri shalehah adalah,
pertama, melegakan hati suami bila
dilihat. Rasulullah bersabda, ''Bagi
seorang mukmin laki-laki, sesudah
takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada
sesuatu yang paling berguna bagi
dirinya, selain istri yang shalehah.
Yaitu, taat bila diperintah, melegakan
bila dilihat, ridha bila diberi yang
sedikit, dan menjaga kehormatan diri
dan suaminya, ketika suaminya pergi.''
(HR Ibnu Majah).

Kedua, amanah. Rasulullah
bersabda, ''Ada tiga macam
keberuntungan (bagi seorang lelaki),
yaitu: pertama, mempunyai istri yang
shalehah, kalau kamu lihat melegakan
dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah
serta menjaga kehormatan dirinya dan
hartamu ...'' (HR Hakim).

Ketiga, istri shalehah mampu
memberikan suasana teduh dan
ketenangan berpikir dan berperasaan
bagi suaminya. Allah SWT
berfirman, ''Di antara tanda kekuasaan-
Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan
untuk diri kamu dari jenis kamu
sendiri, agar kamu dapat memperoleh
ketenangan bersamanya. Sungguh di
dalam hati yang demikian itu merupakan
tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi
kaum yang berpikir.''( QS Ar Rum [30]:
21).

Beruntunglah bagi setiap lelaki yang
memiliki istri shalehah, sebab ia bisa
membantu memelihara akidah dan ibadah
suaminya. Rasulullah
bersabda, ''Barangsiapa diberi istri
yang shalehah, sesungguhnya ia telah
diberi pertolongan (untuk) meraih
separuh agamanya. Kemudian hendaklah
ia bertakwa kepada Allah dalam
memelihara separuh lainnya.'' (HR
Thabrani dan Hakim).

Namun, istri shalehah hadir untuk
mendampingi suami yang juga shaleh.
Kita, para suami, tidak bisa menuntut
istri menjadi 'yang terbaik',
sementara kita sendiri berlaku tidak
baik. Mari memperbaiki diri untuk
menjadi imam ideal bagi keluarga kita
masing-masing.

(dari sahabat)

Regards,


Baca selengkapnya......

SIAPAKAH IKHWAN AKHWAT SEJATI ITU???

Diposting oleh Wafa Fina kayyisaH | 23.04 | 1 komentar »

AKHWAT SEJATI
Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya, “Abi, ceritakan padaku tentang Akhwat Sejati.” Sang Ayah tersenyum dan menjawab
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya
Tetapi dari kecantikan hati yang ada di baliknya
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona
Tetapi dari sejauh mana ia menutupi tubuhnya
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan
Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan tersebut
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya
Tetapi dari apa yang sering dibicarakan mulutnya
Akhwat sejati bukanlah dilihat keahliannya berbahasa
Tetapi dari bagaimana caranya ia berbicara
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian
Tetapi dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan
Tetapi dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani
Tetapi dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul
Tetapi dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul
Setelah itu, gadis tadi bertanya lagi, “Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, ya Abi?” Sang Ayah memberinya buku dan berkata, “Pelajari tentang dia.” Sang gadis kecil pun mengambil buku itu. ‘Istri Para Nabi’, judul yang tertulis di buku itu.


IKhwan Sejati

Seorang pemuda bertanya kepada ibunya, “Ibu, ceritakan padaku tentang Ikhwan Sejati.” Sang Ibu tersenyum dan menjawab :

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar
Tetapi dari kasih sayangnya kepada orang di sekitarnya

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang
Tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya sahabat di sekitarnya
Tetapi dari sikap bersahabatnya kepada generasi muda bangsa

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati di tempat kerja
Tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan
Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang
Tetapi dari hati yang ada di balik itu

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja
Tetapi dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan
Tetapi dari tabahnya dia menjalani lika-liku kehidupan

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya dia membaca al-Qur’an
Tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang dia baca

Setelah itu, pemuda tadi bertanya lagi, “Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Bu?” Sang Ibu memberinya buku dan berkata, “Pelajari tentang dia.” Sang Pemuda pun mengambil buku itu, ‘MUHAMMAD’, judul yang tertulis di buku itu.

Baca selengkapnya......